Co-Founder dan CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono menjelaskan perkembangan sektor properti terbaru kepada media
Propertynbank.com – Sektor perkantoran saat ini masih penuh tantangan. Leads Property menyebutkan, sejak munculnya tren Hybrid Working Model beberapa waktu lalu, membuat permintaan ruang kantor saat ini menjadi lebih kecil. Pada umumnya, mereka menginginkan ruang perkantoran yang memiliki kualitas lebih tinggi atau gedung-gedung perkantoran premium dan mengantongi sertifikasi hijau.
Selain itu, permintaan di sektor perkantoran saat ini didominasi dari bidang teknologi, keuangan dan jasa. Sementara harga sewa pada umumnya masih tertekan karena kelebihan pasokan, terutama pada gedung yang masih memiliki tingkat hunian rendah.
Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property Martin Samuel Hutapea mengatakan, ruang perkantoran di Jakarta saat ini masih banyak yang kosong yang diperkirakan mencapai 3,1 juta m². Namun, secara kuartalan, harga sewa ruang kantor sedikit mengalami kenaikan sebesar 0,4% (CBD) dan 0,1% (Luar CBD).
Baca Juga : Bagi Leads Property, Sektor Perkantoran Tetap Leading
“Untuk ruang perkantoran, tidak ada pasokan baru di kuartal berjalan, dan juga terbatas untuk 3 hingga 5 tahun mendatang. Akan ada tambahan pasokan hingga akhir 2024 sebesar 72,000 m² yang akan berasal dari Gedung Sanggala, Stature Tower dan Fortune Tower,” jelas Martin di kantor Leads Property, Jakarta beberapa waktu lalu.
Permintaan Perkantoran
Menurut Martin, jumlah permintaan ruang perkantoran hanya sekitar 15,400 m² (CBD) dan 5,900 m² (Luar CBD) di kuartal berjalan. Selain itu, transaksi strata-title menurun drastis karena mayoritas investor kurang tertarik disebabkan oleh imbal hasil yang rendah.
“Untuk pasokan gedung baru diprediksi akan terbatas. Bagi penyewa yang sedang mempertimbangkan untuk memindahkan kantor ke gedung lain, maka inilah saat yang tepat karena harga yang rendah dan pasokan baru akan sangat terbatas,” tegas Martin.
Sementara itu, Co-Founder dan CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono mengungkapkan bahwa salah satu sektor yang paling bertahan sejak pandemi adalah sektor industri. Hal ini karena kegiatan masih tetap berjalan dan harga lahan industri masih relatif stabil untuk menarik investor berinvestasi. Sementara investor asing dari Asia, khususnya dari Tiongkok lebih serius mempertimbangkan untuk berinvestasi di sektor pergudangan dan manufaktur. Sedangkan kawasan di koridor Timur Jakarta masih paling populer di kalangan investor asing.
Baca Juga : Kabar Baik ! Industri Perhotelan Tahun 2024 Diprediksi Makin Pulih
“Permintaan modern warehouse cukup tinggi, namun pemain masih terbatas. Saat ini investor tertarik dengan sektor pergudangan karena biaya konstruksi lebih rendah, biaya pemeliharaan lebih rendah, pembangunan lebih cepat, penyewa cenderung menyewa untuk periode lebih lama (long-term lease), dan yield investasi lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut Hendra, masih tingginya pengembangan kawasan industri ke timur Jakarta, karena adanya pertimbangan upah minimum lebih rendah, ketersediaan lahan lebih banyak dan harga lahan lebih murah. Sedangkan jenis industri seperti ekspansi fasilitas pengembangan mobil listrik menjadi paling dominan.
Ke depan, kata Hendra, permintaan modern warehouse semakin tinggi dengan jumlah pemain yang masih terbatas. Selain itu, Self storage memiliki potensi yang cukup besar, oleh karena perumahan milenial, townhouse dan kondominium tidak memiliki gudang.
Secara umum Hendra Hartono mengatakan, sektor properti di Indonesia pada tahun 2024 mengalami pertumbuhan dengan kenaikan hingga 6% dibanding tahun lalu. Meningkatnya penjualan properti di Ibu Kota Nusantara (IKN), kata Hendra, menjadi salah satu pendorong pertumbuhan properti. “Investasi di properti telah mencapai angka Rp 29,4 triliun, meningkat dibanding tahun 2023 diperiode yang sama,” tegas Hendra.
The post Harga Rendah Pasokan Terbatas, Saatnya Investasi Di Sektor Perkantoran appeared first on Property & Bank.