Resensi Buku : Berpikir Dalam Kerangka Pulau

Buku Berpikir Dalam Kerangka Pulau

Propertynbank.com – Buku ini membahas tentang pulau dan ekosistemnya. Di Indonesia, fokus ini penting dan menarik karena kita tinggal di kepulauan ; negara kita memiliki lebih dari 17ribu pulau, besar dan kecil sekitar 6000 pulau di antaranya berpenghuni.

Terabaikannya kajian pulau secara khusus dan mendalam berakibat, antara lain digunakannya (dengan adaptasi seperlunya) berbagai konsep dan kebijakan pengembangan wilayah yang dikembangkan pada konteks benua pada pulau. Beberapa kebijakan tersebut berimplikasi pengubahan ekosistem pada berbagai skala.

Ditunjukkan pada bab-bab buku ini, unsur-unsur ekosistem yang membentuk infrastruktur ekologis pada pulau, terbatas kapasitasnya, secara spasial, unsur-unsur ekosistem tersebut terhubung secara erat, dan dalam jarak yang terbatas. Sehingga gangguan pada satu unsur ekosistem segera memengaruhi unsur-unsur ekosistem lainnya ; infrastruktur ekologis, seperti sungai dan air tanah, terhubung dan tersedia dalam jumlah terbatas. Eksploitasi atau gangguan berlebihan terhadapnya, berakibat pada banjir dan kekeringan, serta hilangnya mata air.

Pengubahan yang dilakukan dapat memulihkan ekosistem secara alami jika kesempatan, dukungan dan waktu untuk pemulihan tersedia. Namun, pengubahan yang berlangsung terus menerus dan melebihi daya lentingnya, dapat menjadikan ekosistem tersebut tidak terbalikkan (irreversible). Karena itu, pengubahan ekosistem pulau sejatinya tidak dapat dilakukan dengan kebijakan dan strategi yang sama dengan pengubahan ekosistem benua. Pada pulau, setiap usaha yang mengubah ekosistem secara masif, dan dalam waktu relatif cepat, mengancam keberlanjutan ekosistem tersebut. Dalam konteks yang demikian ekosistem pulau tergolong rentan.

Buku ini menyebutkan, pada pulau, berbagai unsur dalam ekosistem tersedia dalam skala dan kapasitas yang berbeda. Masing-masing unsur berinteraksi dengan erat karena skala ruang yang terbatas tersebut. Karena itu, kesadaran adanya kaitan erat antara unsur (relational awareness) dan mekanisme umpan balik (feedback) jika salah satu unsur mengalami gangguan keseimbangan lingkungan, penting adanya.

Menurut penulis, konsekuensinya sebagaimana disebutkan sebelumnya, pengubahan skala besar, atau dalam waktu relatif pendek, dapat menjadikan infrastruktur ekosistem pulau terganggu, atau terlampaui kapasitasnya jika menggunakan rumusan yang lebih positif.

Buku ini menjangkau rentang isu yang lebar. Ada 2 alasan mengapa demikian. Pertama, karena studi pulau, sebagai area studies, adalah studi yang seharusnya dikaji dari berbagai bidang, atau disiplin. Dengan demikian, dapat diperoleh pemahaman yang lebih lengkap dan utuh tentang area/ wilayah/pulau tersebut. Jikapun sekarang belum sepenuhnya demikian, hal itu diduga karena tahap perkembangan studi pulau yang masih baru.

Baca Juga : Pengusaha dan Profesional Makin Dibutuhkan Saat Properti Kembali Booming, Apa Solusinya?

Kedua, studi ini ingin mendorong bidang studi pulau dapat berkembang dengan baik di Indonesia. Kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan meniscayakan perlunya pengembangan tersebut. Indonesia perlu berkembang menjadi salah satu pusat kajian dan kebijakan publik berbasis pulau dan kepulauan.

Kajian Pulau

Berpikir dalam kerangka pulau-pulau karya Erwin Fahmi adalah sebuah buku yang sangat relevan dan berharga dalam konteks kajian pulau, suatu aspek yang relatif terabaikan di Indonesia. Buku ini mengangkat konsep belitan relasional di pulau, di mana berbagai komponen ekosistem berinteraksi dan saling kait-mengait dalam ruang yang terbatas. Setiap perubahan yang signifikan pada salah satu komponen dengan cepat memengaruhi komponen lainnya, yang menyebabkan pemikiran dan tindakan sektoral terbatas dalam lingkupnya.

Penulis menggambarkan dengan jelas bagaimana di Kabupaten dan Pulau Sumbawa, deforestasi berjalan seiring dengan penanaman tanaman semusim dalam skala besar dan kegiatan pertambangan. Dalam situasi ini, perubahan iklim memperburuk kerusakan infrastruktur ekologis dan meningkatkan insiden bencana hidro-meteorologi. Selain itu, buku ini juga mencermati bahwa institusi yang mendukung kegiatan pertanian tradisional dan etika lingkungan melemah, yang memiliki dampak ketidakadilan antara ruang dan generasi.

Salah satu poin penting dalam buku ini adalah bahwa pengelolaan dan pemanfaatan pulau-pulau kecil harus melampaui rasionalitas individu dan batasan cara berpikir sektoral untuk menjaga keberlanjutannya. Buku ini memberikan pandangan yang mendalam dan komprehensif tentang perubahan dalam tatanan sosial dan lingkungan di wilayah kepulauan, yang sebelumnya jarang dieksplorasi.

Selain itu, resensi yang disampaikan oleh para akademisi dan pakar di bidangnya memberikan tambahan bobot pada buku ini sebagai kontribusi yang signifikan bagi keilmuan pengembangan wilayah (regional and local development). Buku ini juga merupakan prestasi luar biasa dari staf pengajar dan peneliti Prodi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Tarumanagara, yang sesuai dengan semboyan universitas tersebut, “Untar untuk Indonesia,” dan diharapkan memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota serta pembangunan wilayah di Indonesia.

Secara keseluruhan, Berpikir dalam Kerangka Pulau adalah sebuah buku yang mendalam, relevan, dan mendukung pemahaman yang lebih baik tentang permasalahan kepulauan di Indonesia dan mungkin juga di wilayah-wilayah sejenis di seluruh dunia. Buku ini akan bermanfaat bagi akademisi, peneliti, dan praktisi yang berkecimpung dalam pengembangan wilayah dan lingkungan di pulau-pulau kecil.

Penulis: Erwin Fahmi
Penerbit: Kompas Gramedia
Tahun terbit: 2023.
Tebal: 268.hlm

The post Resensi Buku : Berpikir Dalam Kerangka Pulau appeared first on Property & Bank.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Generated by Feedzy