Beritadesa.tv Pasbar – Masyarakat nelayan Jorong Mandinagin di Kabupaten Pasaman Barat resah. Sungai Batang Mandiangin mngering drastis dan nelayan tidak bisa melaut karena kapal mereka terhubung dan tersekat di dermaga.
Hal itu dikemukakan Wali Nagari Katiagan, Endang Putera kepada wartawan Beritadesa.TV melalui telepon kemaren Selasa (24/10).
Katiagan terdiri dari dua Jorong yakni Katiagan di selatan dan Mandiangin di utara. Jorong Mandiangin sebuah dusun pantai barat Kecamatan Kinali, Kab. Pasman Barat, Sumatera Barat, kira-kira 200 km dari Kota Padang.
Mandiangin merupakan sentral perekonomian sejak zaman dulu dan sekarang sudah berpenduduk sekitar 1.500 jiwa.
Kondisi Batang Mandiangin saat ini
Porses Pekerjaan Pengerukan Sunagi dengan ekskavator
Mereka sedang dihantui oleh berbagai masalah antara lain, mengeringnya sungai Batang Mandiangin, sungai yang setiap hari dilalulalangi oleh kapal-kapal nelayan penangkap ikan untuk melaut.
Kedua mereka dihantui oleh berpotensi putusnya jalan darat penghubung utama di Lubuk Puta (airnya berputar) yang menghubungkan Mandiangin dengan kota Kecamatan Kinali, satu satu jalan darat yang ada dari Jorong Mandinagin ke jorong lainnya di Kabupaten Pasaman Barat.
Endang Putra mengatakan pihak Wali Nagari (Lurah) sudah mengalokasikan dana sekitar 70 juta rupiah untuk menggali sungai yang sudah tertibun sedimen bercampur lumpur dan sampah dari Sungat Batang Masang yang arusnya sangat deras ke muara dari arah timur.
Uang itu berasal dari dana nagari dan Wali Nagari tidak yakin uang itu akan cukup untuk menutup biaya penggalian sungai yang mengering itu. Hari ini Selasa merupakan hari keempat sebuah eskavator yang digunakan untuk menggali sungai tersebut. Konon kabarnya hanya selama 4 hari pengerjaan.
Menurutya sekitar 175 kapal nelayan setiap hari melaut. Namun karena mengeringnya sungai Batang Mandinagin banyak kapal nelayan yang terkurung di delta itu sehingga mereka tidak bisa mlaut. Ekonomi masyarakat diperkirakan akan merosot tajam dengan keadaan itu.
Ada beberapa tokoh masyarakat di Jorong itu maupun di rantau mengatakan masyarakat harus mencari opsi mata pencarian lain seperti mencari lokan (kerang air tawar), jaring kepiting besar air tawar dan mencari ikan seadanya di bagian lain dari aliran sungai Batang Masang tersebut.
Selain penggalian sungai itu, ada sebuah anak sungai bernama Banda Bakali yang konon dinilai pembawa sedimen itu masuk ke sungai Batang Mandiangin. Untuk itu Endang Putra mengatakan hulu aliran sungai harus ditutup. Banda Bakali sebuah anak sungai Batang Mandiangin berukuran lebar lebih kurang 7 meter tapi cukup dalam. Dengan ditutupnya hulu Banda ini, petugas akan mudah menggali bagian utama Batang Mandiangin yang sudah mengering itu. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Jorong Mandiangin, Alfian kepada wartawan Beritadesa.TV kemaren.
Pilihan Wali Nagari dan Jorong itu mendapat kritikan tajam dari sebagian tokoh masyarakat. Seorang tokoh masyarakat yang juga mantan Ketua Pemuda mengatakan, kebijakan yang diambil Endang Putra dan Jorong itu langkah mundur. Berakibat fatal bagi kelangsungan hidup masyarakat yang lebih banyak menggunakan anak sungai itu setiap hari.
Menurut Endang Putra, cara itu ditempuh karena ia menilai lebih utama menyelamatkan kapal-kapal nelayan yang terkurung itu bisa keluar Muara lebih dulu ketimbang membiarkan hulu anak sungai itu terbuka.
Menurut informasi arus sungai Batang Masang itu dialihkan oleh PT LIN sebuah perkebunan sawit di sekitar jorong itu. Dan konon perusahaan itu tidak membagikan plasma kepada masyarakat sesuai janjinya walaupun 1000 ha ranah warg Msndiangin sudah dikuasai perusahaan tersebut . (z)