Miliki Potensi Perdagangan Dalam Negeri, APPBI : Pusat Perbelanjaan Mampu Hadapi Inflasi

Diskusi dan Ngosor (ngopi sore) Bareng Jurnalis dengan tema Ancaman Inflasi Di Tengah Pemulihan Usaha Pusat Perbelanjaan

Propertynbank.com – Pandemi Covid-19 yang cenderung mengalami penurunan, berdampak sangat positif ke semua bisnis properti, tak terkecuali sektor pusat perbelanjaan. Dipermudahnya aturan bagi masyarakat, membuat tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan atau mall terus meningkat akhir-akhir ini.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, beberapa tingkat kunjungan pusat perbelanjaan sudah mulai meningkat, bahkan melebihi sebelum adanya kasus covid. Menurut dia, ini suatu hal yang sangat mengembirakan karena sudah mulai masuk kepada masa pemulihan.

“Memang kalau kita lihat pergerakan tingkat kunjungan di pusat perbelanjaan sepertinya sudah sangat mengembirakan dibandingkan dengan dua tahun yang lalu. Hal ini dimulai sejak bulan Ramadhan lalu, dimana pemerintah telah memperbolehkan mudik setelah dua tahun tidak boleh mudik,” jelas Alphonzus dalam sesi Ngobrol Sore (Ngopsor) Bareng Jurnalis, beberapa waktu lalu.

Namun, sambung dia, jika sebelumnya fokus terhadap pandemi covid-19, maka saat ini ada satu hal lagi yang justru menarik, yakni terhadap ketahanan untuk ketidakpastian global, termasuk dampak dari perang Ukraina dan Rusia yang juga sampai ke Indonesia. Sehingga, membuat naiknya biaya energi, BBM, listrik dan sebagainya.

“Jadi perhatian sekarang tidak lagi ke Covid-19 karena sudah tertangani dengan baik, tetapi hal lain yang perlu ditangani lebih serius adalah ketidakpastian global ini. Pemerintah meminta pelaku usaha khususnya di bidang retail dan pusat perbelanjaan untuk tidak menaikkan harga barang ataupun produk, tetapi ternyata ini dampaknya  masih panjang dan perang Ukraina Rusia belum selesai. Tentunya hal ini tidak bisa ditahan terlalu lama,” ujarnya dalam diskusi virtual yang dimoderatori oleh CEO Jurnalis Media Network, Indra Utama itu.

Menurut Alphonzus, keputusan pemerintah untuk menghentikan atau mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM, patut didukung. Walaupun pada akhirnya akan memberatkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuahn sehari-hari. Pengurangan subsidi ini memang harus dilihat secara umum, dengan tujuan untuk mempersehat kondisi APBN.

“Pengurangan subsidi memang tidak berdampak langsung terhadap pusat perbelanjaan, karena pusat memang sudah lama tidak memanfaatkan energi bersubsidi. Tarif listrik untuk pusat perbelanjaan sudah normal, tidak ada tarif subsidi. Bahkan sejak tahun 2015, pihak PLN sudah mengeluarkan tarif adjustment, yang ditinjau tiga bulan sekali,” ungkap Chief Executive Officer Retail and Hospitality NWP Property ini.

Yang langsung berdampak, imbuh dia, adalah daya beli dan kelas menengah bawah ini biaya transportasi nya jadi meningkat. Tetapi, Alphonzus memperkirakan semestinya dampak ini tidak terlalu lama atau signifikan, karena pemerintah sebetulnya sudah mempersiapkan bahkan mengantisipasi dampak-dampak penghapusan subsidi dengan bantuan sosial, struktural, subsidi gaji dan lain-lain, yang dimaksudkan untuk menopang daya beli kelas menengah bawah.

Sementara untuk kelas atas, Alphonzus memprediksi dampaknya mungkin ada, tapi tidak terlalu banyak mempengaruhi daya beli. Diharapkan di quartal empat tahun ini, sudah menjelang Natal dan Tahun Baru dan sudah mulai terasa di akhir November tingkat penjualan sudah mulai naik. Begitu juga dengan tingkat kunjungan makin bertambah.

Diterangkan Alphonzus, kalau bicara kelas menengah atas, sebetulnya senang kalau nilai tukar naik. Hal ini karena akan mengurangi belanja di luar negeri. Saat ini sudah ada kelonggaran untuk bepergian ke luar negari, sehingga kelas menengah atas sudah bisa belanja ke luar negeri. Jika nilai tukar tinggi, biasanya mereka akan hitung dulu.

“Kenaikan kurs ini akan mempengaruhi daripada biaya-biaya produksi khusus nya yang terkait bahan-bahan yang memang masih harus impor. Seperti pakaian, busana bahan baku nya masih tekstil, bahan bakunya masih ada yang impor. Saya kira ini yang akan mempengaruhi harga produk sehingga bisa menaikkan harga jual akhirnya,” ujar Alphonzus.

Namun, yang harus jadi perhatian dan sudah dijalankan sejak pandemi, bahwa perdagangan dalam negeri memang harus terus di dorong. Jumlah penduduk yang mencapai 270 juta orang merupakan peluang sehingga harus terus di dorong. Apalagi ekonomi Indonesia ditopang oleh 57% dari perdagangan dalam negeri.

Prospek Pusat Perbelanjaan Masih Bagus

Dirinya optimis tahun 2023 sudah memasuki masa-masa normal karena sekarang ini dalam proses pemulihan. Terlebih lagi, pusat perbelanjaan juga sudah mulai menghapus dan mengurangi bantuan kepada penyewa dan membuat budget di tahun 2023 sudah dianggap kondisi sudah normal. Toko-toko baru sudah mulai bermunculan, baik restoran maupun non restoran. Ini menjadi indikator tanda-tanda bergerak cukup pulih.

Selain itu, pembangunan sejumlah pusat perbelanjaan baru juga menjadi sinyal positif positifnya sektor pusat perbelanjaan. Beberapa developer itu sudah mulai membangun sejak akhir tahun lalu dan awal tahun ini. Sebut saja seperti di Bintaro yang melakukan perluasan memasuki fase dua, kemudian Pakuwon yang mulai membangun di Bekasi. Menjelang akhir 2023 akan banyak pusat perbelanjaan baru yang akan buka hingga awal tahun 2024.

“Saya kira jumlah pusat perbelanjaan di Indonesia ini masih belum mencukupi, dibandingkan dengan jumlah penduduk. Rasionya masih sangat rendah sekali jika dibanding dengan negara besar lainnya. Anggota kami ada 400 pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia yang dimana berada di tengah-tengah 270 juta penduduk. Saya kira rasionya masih sangat jauh,” kata Alphonzus.

Yang jadi masalah, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang lebih bagus hanya di Jakarta, sehingga membuat ibukota negara ini makin semrawut. Semua penduduk Jabodetabek datang ke Jakarta. Namun, saat ini perkembangan pusat perbelanjaan di daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi cukup agresif.

“Ancaman inflasi ini tidak bisa di hindari, yang muncul akibat ketidakpastian global. Masing-masing negara tentunya memiliki kesulitan sendiri-sendiri. Saya kira Indonesia yang jauh lebih beruntung, karena potensi di dalam negeri yang luar biasa dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan sebagainya. Indonesia memiliki peluang yang besar di dalam perdagangan. Kita harus optimis ini tidak berlangsung terlalu lama,” pungkas Alphonzus.

<p>The post Miliki Potensi Perdagangan Dalam Negeri, APPBI : Pusat Perbelanjaan Mampu Hadapi Inflasi first appeared on Property & Bank.</p>

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Generated by Feedzy